Atambua 39° Celsius

Beberapa bulan #dirumahsaja dan #WFH akhirnya memaksa kami merogoh kocek lebih untuk memasang fasilitas internet terbaik , guna kelancaran pekerjaan dan aktifitas browsing serta berbonuskan pilihan siaran TV yang lumayan kualitas dan kuantitasnya.

Dan beruntungnya, Deb bisa tahu dan mengagumi, bahwa ternyata dunia perfilman Indonesia di era 80an sampai sekarang tidaklah melulu tentang roman picisan belaka. Meski memang kualitas visual tak secanggih film jaman sekarang, namun ternyata ada sebuah stasiun TV yang sungguh kreatif dan nasionalis . Terbukti dari isi acaranya yang memutar ulang kembali film-film karya anak bangsa yang mungkin terlupakan atau bahkan tak pernah kita tonton sebelumnya.

Salah satunya, film ‘Atambua 39° Celsius’ . Film ini awalnya mungkin membuat penonton agak bingung karena banyak adegan-adegan yang tak bisa kita pahami jika kita tidak menonton keseluruhan film hingga akhir.

Film ini berkisah tentang bagaimana perjuangan seorang Bapak dan Anak Lelakinya yang harus terpisah dari anggota keluarga lainnya karena peristiwa referendum 1999. Berlatar kota Atambua dan bagaimana perjuangan yang begitu berat dilalui oleh sebagian besar masyarakat di Timur Indonesia ini . Kemiskinan, Kelaparan dan bahkan Pelecehan Seksual menjadi hal yang kerap kali dialami masyarakat di daerah dengan tingkat pendidikan minim , ditambah kesejahteraan terganggu karena sengketa seperti kota Atambua kala itu.

Sungguh miris memang, karena perang membuat rakyat menderita. Siapa bilang rakyat ingin situasi seperti itu? Siapapun pemerintah yang menang, selalu saja rakyat kecil yang menderita.

Bersyukurlah kita yang bisa menikmati kenyamanan dan kemudahan dengan lingkungan yang kondusif saat ini. Meski virus Covid-19 masih menghantui kita, tapi setidaknya kita masih bisa bebas memesan sayuran, buah dan lainnya via online. Buat mereka yang jauh dari kondisi ‘cukup’, minum air mineral saja rasanya sudah merupakan suatu kemewahan.

Prinsip Ronaldo, Ayahnya Joao untuk bertahan di tanah kelahirannya, Indonesia akhirnya pupus juga. Namun bertahun-tahun Ronaldo melampiaskan rasa rindu akan istri dan putri-putrinya lewat mabuk dan kemarahan pada sang pewaris keluarga, Joao.

Namun sungguh beruntung, bahwa kehancuran hati Joao akan ayahnya yang memukulinya setiap kali mabuk-mabukan terhiburkan oleh kaset-kaset rekaman suara sang Ibunda yang sudah terpisah jauh darinya sejak usia 7tahun. Bagian ini akhirnya menyadarkan Deb yang saat ini sudah menjadi Mama bagi Rae, bahwa sejauh apapun anak terpisah dari ibunya, pastilah rindu tak kan lepas darinya.

Belum lagi perjuangan Nikia yang pulang ke Atambua untuk menyelesaikan ritual duka kematian kakeknya. Yang berujung pada kisah romantisme dalam film ini dengan adanya perjuangan seorang Joao membantu dan mengikuti Nikia kemanapun Nikia pergi. Mengubahkan sikap Joao yang doyan nongkrong dengan teman-teman, menjadi Nikia’s follower, ^_^

Adegan awal diperjelas dengan beberapa menit terakhir sebelum film ini berakhir. Semua yang dialami dan melatar belakangi sikap serta perilaku para pemeran diperjelas dengan narasi dari masing-masing mereka.

Sungguh pilu, andai saja tak ada sengketa, mungkin rakyat di ujung Indonesia seperti Ronaldo, Joao dan Nikia tak harus mengalami berbagai kesulitan yang saya yakini, hingga kini masih menghantui masyarakat di Timur Indonesia. Semoga saja para penguasa semakin sadar dan peduli bahwa keegoisan tak membuahkan kesejahteraan seperti apa yang diimpikan bangsa ini sejak awal merdekanya.

Bak dilema memang, mempertahankan negara atau asal muasal leluhur?

Atambua 39 Derajat Celsius, Cinta Tanpa Batas di Wilayah Perbatasan
Atambua 39° Celsius

Ini pergulatan emosional yang dialami Ronaldo yang menjadi makna/pesan mendalam jika saja kita berada di posisi mereka.

Semuanya kembali lagi , andai saja keegoisan tak merajai hati manusia….

Thanks to Riri Riza dan Mira Lesmana, Salut untuk karya seni kalian yang luar biasa ini….

START AGAIN

Memulai, katanya lebih mudah dibanding mempertahankan.

Namun ada yang lebih sulit setelah gagal mempertahankan, yaitu memulai kembali. Entah sudah berapa kali Deb membuka dashboard blog ini dan bersemangat ingin menuangkan banyak kalimat, namun ada saja yang lebih menarik untuk dikerjakan bagiku sehingga semangat itu sehangat kotoran ayam saja katanya, hilang sekejap (untung saja bau tak sedapnya tak terhirup Sahablog lainnya)

Let’s START AGAIN

Dan akhirnya beberapa hari lalu, Deb sungguh merasakan bahwa menikmati kesendirian beberapa menit di kamar maupun ruang kerja Deb terasa tak cukup untuk meluapkan segala emosi tertahan yang meronta ingin diberi kebebasan berekspresi dengan kata. Yang ada malah Deb merasa hubunganku dengan suami dan anak menjadi kurang harmonis karena ada banyak emosi yang tak seharusnya terluapkan namun sudah menjadi bubur rusak bagi orang-orang yang saya sayangi.

Ada pepatah berkata, ‘Lebih baik Terlambat, daripada TIDAK sama sekali.’ Terdengar klise ya, karena jika Sahablog melihat histori blog saya ini, ada banyak kalimat sama yang Deb sampaikan ketika ‘kembali’ sebentar ngeblog lagi. Lalu tak muncul sampai berbulan-bulan bahkan menahun lagi 🙂 . Semoga ini bukan semangat sehangat kotoran ayam lagi.

Sekian dulu tulisan pembuka ini, semoga kita dalam keadaan sehat dan tetap bersemangat memulai hal baru, atau bahkan hobby lama yang terpendam karena kesibukan dan alasan lain yang kita jadikan tameng atas kemalasan , seperti aku… ^_^

LOL #3 “NAKED”

Hari Minggu yang lalu di Monas, isenk saya hampiri suara gaduh seorang Bapak tua yang dikerumuni orang-orang dengan mimik wajah penasaran . Seperti tebakan saya, ada pertunjukan mistis yang memang akhir-akhir ini sangat menarik perhatian banyak manusia di Jakarta ini. Kenapa begitu? Waktu saya ke Kota Tua juga begitu, pertunjukan berbau mistis sepertinya menjadi tontonan sangat menarik bagi masyarakat kota yang seharusnya tidak lagi percaya penuh terhadap hal-hal seperti itu.

Saya tidak akan membahas kebiasaan menonton hal mistis seperti itu, karena motif penonton mungkin berbeda-beda. Termasuk saya yang hari Minggu itu tumben sekali mau melihat apa yang terjadi sampai segitu banyaknya manusia mengerumuni si Bapak tua.

Rupanya, di hadapan Bapak Tua itu sudah ada lelaki yang diikat dengan kain kafan putih berbentuk seperti pocong (yang dia jadikan media untuk berbicara dengan arwah gitu). Lalu Si Bapak bersumpah bahwa dia dan sukunya (maaf tidak etis menyebutkan suku asalnya ya…) adalah orang yang bersih dan beriman, sekalipun di daerahnya sana mereka hidup dengan telanjang (tak memakai baju seperti manusia modern lainnya). Motifnya, Si Bapak ingin menunjukkan kebolehan arwah Raja-Raja yang mengikutinya. Kurang jelas Raja apa tapi mewakili beberapa penjuru seperti Timur, Barat, Selatan dan Tengah.

Kebolehannya yaitu mampu melihat apa yang tidak bisa dilihat manusia pada umumnya. Si Bapak bilang , Dia bisa tahu keberadaan anak yang hilang bertahun-tahun lalu, atau istri yang bekerja jadi TKW di Arab dan hilang tiada kabar, Si Bapak juga katanya bisa tahu keberadaan istri dan anak itu, apakah itu masih hidup ataupun mati. Hanya saja penonton tidak boleh bertanya kapan ajalnya tiba. Begitulah kira-kira….

Saya akan beranjak pergi dari tempat itu setelah si Bapak menyemburkan air putih ke arah laki-laki berbalut kain putih sambil mengucapkan doa , namun langkah balik saya terhenti saat si lelaki di balik kain berteriak kesakitan, dan si Bapak mulai berteriak ke arah penonton. Kira-kira begini katanya : ” Silahkan uji kami, kami bukan sembarang dukun yang gila harta dan bla bla bla. saya bisa melihat kamu semua telanjang, baju kamu bagus itu cuma tampilan luar. Dan maaf, saya bisa melihat perempuan berjilbab sekalipun ada yang telanjang di mata saya karena birahinya dan bla bla bla”
Dan singkatnya si Bapak itu katanya bisa lah liat macem-macem aslinya manusia di sana meski tertutup rapat sama baju atau pakaian bagus. Tapi dia ga bisa liat aurat kita? Lho? Saya jadi bingung.. kalo dia liat warna pakaian dalam kami dan lain-lainnya, terus apa nya lagi dong yang di liat di dalam? ^^ (maaf ya kalo kata-kata saya vulgar)

Sambil berbalik karena merasa makin ga masuk akal, saya teringat kata-kata pendeta saya dulu, bahwa Tuhan tahu apa saja yang kita perbuat. Baik dan buruk kita , benar dan salah kita, Tuhan itu Maha Tahu. Saya tidak butuh dukun atau orang-orang pintar lain yang merasa seperti Tuhan bisa tahu segalanya. Tahu pakaian dalam saya warna apa, tahu merek baju saya apa, atau tahu akan seperti apa masa depan saya. Saya hanya perlu tahu bagian saya , yaitu percaya saja dan melakukan yang baik semampunya.

Pagi ini, sambil duduk di busway memperhatikan orang-orang yang berdiri di sekitar saya, saya teringat lagi kejadian Minggu sore itu. Ga kebayang kalo saya jadi si Bapak Tua yang bakal sangat pusing melihat semua orang itu telanjang di matanya seperti kata-katanya ^^
Bukannya bangga, mungkin saya pusing kali ya melihat orang sampai ke dalam-dalamnya. Hahaha… Melihat orang dari luar aja kadang buat saya seperti sudah menelanjangi dia.
MONAS

(gambar tak colong di sini )

Misalnya, lihat cewe di busway pakai baju bermerek, bodi seksi, kulit terawat, make up poll, kadang udah membuat penilaian macam-macam di kepala saya. Pasti dia orang berada, kenapa naik busway? Pacarnya mungkin diporotin kali ya? Dan bla bla bla…
Jujur saja, sebagai manusia, kadang saya masih suka ngoceh sendiri dalam hati untuk hal-hal kurang penting seperti ini lho… untungnya ada gadget yang bisa mengalihkan mata saya untuk meneliti orang-orang yang ada di dalam jarak pandang saya. ^__^

Apalagi kalo saya bisa liat dalam-dalamnya, misalnya siapa dia sebenernya dan bla bla bla ^^ , bisa gawat kan pikiran saya ini jadi berdosa karena sudah menghakimi manusia lain yang harusnya bukan hak saya untuk menghakimi mereka.
Pada dasarnya, kita semua memang telanjang di mata Tuhan. Dan saya bangga menunjukkan ketelanjangan saya di hadapan Tuhan saya. Karena Tuhan ga bakal menghakimi saya dengan kejam karena ketelanjangan saya ini, tapi justru melingkupi saya dengan kasih supaya saya tidak telanjang begitu saya di hadapan manusia.
And then, saya juga tidak takut jika ada orang seperti si Bapak Dukun bisa lihat ketelanjangan saya, karena saya tahu, di mata Tuhan dia juga telanjang kok ^^

Any way bus way , Happy Friday ya ^^

LOL means LESSON OF LIFE

GOD IS FAIR ?!

Baru-baru ini Deb aktifin FB lagi setelah lama ga nyentuh dunia maya karena sang pacar dulu itu gag suka saya punya dunia di luar dunia dia 🙂 jadi setelah lama ga tahu kabar teman di sana dan di sini, beberapa hari teraIMG-20131129-WA0020khir saya mampir tuh ke profile FB mereka.
Dan tahu gag? Ada yang buat nangis, ada yang buat senang, yang paling sebel adalah saat merasa iri sama apa yang terjadi sama temen-temen selama saya menghilang dari peredaran T__T

Jelek sih sifat Debby ini ya. Kalo liat orang yang tadinya jelek jadi cantik banget, yang tadinya ga eksis jadi eksis banget, yang susah sama-sama dulu sekarang seneng-seneng dewe, rasanya sakit banget ya? gitu ga sih yang kalian rasain sahablog?

Tapi lama-lama kok ya saya tertawa sendiri lihat kebodohan diri ini. Lha masak orang susah aku senang dan orang senang aku susah ya? Ini kan jahat namanya ^^
Dan setelah ngobrol tengah malam lewat WhatsApp sama Kak Jul , kenapa ya pikiran waras saya balik lagi dan malah bisa berhasrat nulis macem-macem di sini ya? #lirik kak Jul#

Jadi ceritanya semalam kita curhat-curhatan gitu soal kerjaan dan lain-lain, dan sejujurnya neh saya menangis pas cerita sama kak Jul beberapa filosofi Alm. Bapak saya yang ga pernah punya musuh karena hatinya yang baik luar biasa itu. Bukan kak Jul sih yang buat saya tobat (biar ga GR si kakak ^^) , tapi keinget sama omongan Bapak saya , kalo ternyata yang buat kita sakit hati tu bukan orang lain lho, tapi diri kita sendiri. Karena kita suka pake ukuran yang salah stiap kali bersikap, berfikir terhadap orang lain.
IMG_20131130_101028
Ya contohnya saya ya… kalo saya ga banding-bandingin temen saya si A yang udah nikah , punya keluarga bahagia , suami penyayang, anak cakep, dengan kehidupan saya yang sekarang yatim, jomblo, masih suka sakit-sakitan, hidup saya bakal nambah sakit kali ya…
Tapi kalo saya bandingin si A sama hidup saya yang penuh cinta karena mama dan adik-adik saya, pekerjaan saya yang luar biasa, teman-teman yang super care dan segudang kebaikan lainnya, pasti saya berhasil awet muda ya karena ga pernah cemberut sama Tuhan ^^

Yah… semalam saya mikir kalo saya jadi si A apa saya sebahagia sekarang ya? Sepertinya gag. Soale sampek sekarang ne saya sedang merajut banyak mimpi yang kalo saya married mungkin ga bakalan bisa terwujud. Kalo saya punya anak kasian kali ya soale saya juga urus diri sendiri masih suka nyeleneh kok. Kalo saya punya suami lebih kasian lagi ya karena saya masih lebih cinta sama diri sendiri sampek sekarang ^^

Kesimpulannya? Tuhan itu adil banget ya? Setuju kan????IMG-20131129-WA0027

o, ya… foto-foto narsis saya di atas itu diambil sehari sebelum Bapak meninggal, saya ada di Puncak rame-rame temen kantor lagi liburan. Dan saya bersyukur karena Tuhan ambil Bapak saya sewaktu saya ada bersama teman-teman yang care sama saya. Kalau bukan karena mereka mungkin saya ga bisa on time lihat Bapak untuk yang terakhir kalinya ya… Mungkin juga saya pingsan sendiri di kamar ya pas denger kabar duka itu, tapi karena ada mereka tangan saya jadi lebih kuat dan hati saya bisa lebih tegar karena doa mereka ^^
Terimakasih ya temans untuk semua perhatian dan dukungan kalian…. 🙂

LESSON OF LIFE #2

Pukul 08.25 WIB, kulangkahkan kakiku dari halte busway yang hangat menuju gedung perkantoran di seberang dengan percaya diri, bahwa sang hujan akan berhenti tepat saat aku akan melangkah menyentuh trotoar di seberang sana.
Tapi sayang, keberuntungan tak berpihak lagi padaku pagi itu. Si pemalas ini mencoba mencari-cari sosok yang sering ku temukan beredar di sekitar halte membawa payung besar untuk membantunya menghindari sentuhan kasar titik hujan yang begitu deras.

Yap, di sana dia… seorang ibu bercucu empat itu lagi pikirku.
Jas hujan biru tua yang selalu dipakainya, senada dengan payung biru hadiah sebuah perusahaan asuransi dengan tulisan putih ‘Pr*d*nT*al” yang dipinjamnya dari tetangganya, adalah jejak penanda yang ia tinggalkan setiap kali kami bertemu di musim hujan ini.

” Nenk, ketemu lagi. Seperti biasa kan Nenk?” tanyanya dengan senyum semangat meski mentari malu-malu di balik awan hitam pagi itu.
” Iya Bu.” kusambut payung biru itu dan setengah terburu-buru mulai melangkah menuju gedung kokoh tempatku biasa menghabiskan setengah dari hari-hariku selama 1.5 tahun belakangan ini.

Namanya Nenek Mirah. Umurnya 62 tahun, badannya kurus dan keriput sudah menghiasi wajahnya yang sendu. Senyumnya untukku pagi itu kusyukuri, bahwa hidup hari ini patut disyukuri.
Dia bertanya bagaimana kabar ibuku di kampung dengan suara bergetar, ntah itu kedinginan atau karena terenyuh tentang situasi keluargaku di kampung sejak kami saling bercerita sambil menikmati hujan minggu lalu

” Masih seperti biasa Nek, tanpa Bapak hidup kami terus berjalan. Meski terkadang mama di kursi rodanya dan aku di sela-sela pekerjaanku menangisi kehilangan kami yang begitu dalam. Tapi karena Tuhan memberi kekuatan, kami bisa bertahan. Nenek juga kan? ” Ia tersenyum, matanya semakin berbinar senang mendengar jawabanku.

Dan dalam pertemuan singkat itu ia menceritakan kehidupannya setelah lebih dari seminggu kami tak bertemu. Cucu-cucunya yang nakal, dan anaknya yang suka mabuk dan main perempuan. Juga sang menantu yang telah tiada sejak cucu ke empatnya hadir ke bumi ini.

Namun keluh kesahnya selalu diakhiri dengan ucapan syukur, bahwa ia masih diberi kesehatan oleh Yang Kuasa untuk tidak menjadi pengemis. Menjadi buruh cuci, menjadi ojek payung, bahkan joki 3 in 1 sudah dia lakoni demi keberlangsungan hidup keempat cucu kesayangannya.

Setiap berpisah di depan satpam yang berjaga di pintu gedung , dia slalu berujar ‘ Smoga Ibu Nenk dan Nenk Debby diberkahi kesehatan dan rejeki yang melimpah dari Allah ‘ sambil berharap besok kami dapat bersua kembali dalam hujan.

Yah… hujan mempertemukan kami dan memberi kami pelajaran bahwa hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti ^^

Happy Sunday 🙂

INDONESIAKU SEKARANG…

Tanah Karo, tempat mama juga adik-adikku menjalani kesehariannya, meski kami bukan suku Batak Karo tapi keluargaku sudah cukup lama bertahan di kota Kabanjahe nan sejuk serta ramah penduduknya.
Kini Tanah Karo tertutup abu vulkanik SiNabung. Smakin hari si Gunung batuknya smakin sering dan smua orang smakin panik. Biasanya kesegaran yang terhirup setiap pagi adalah bukti nyata kokohnya Sang Gunung di Tanah Karo, tapi sudah beberapa bulan belakangan embun pagi berganti menjadi hujan abu 😦
Embun yang menyejukkan tiba-tiba menyesakkan. Rasa takut, Lapar, Dingin dan Sesak… semua terkomplikasi lewat erupsimu Bung…

Jakarta…Mount Sinabung volcano spews ash and lava as seen from Erajaya village in Karo district, Indonesia's North Sumatra province
Di sini aku berjuang mencari sesuap nasi untuk bertahan hidup dan mensupply sedikit hasil peluh untuk adik-adik tercinta… tapi hujan yang tak kunjung istirahat membuat kota besar nan padat penduduk ini mulai digenangi air kotor di sana sini. Berbagai penyakit mulai berdatangan dari si kuman yang tersisa saat banjir datang.

Dan Manado… ??? Ga jauh beda seperti Jakarta dengan masalah banjirnya. Ga disangka, banjir yang dikhawatirkan di Jakarta malah menyambangi Manado dengan lebih dahsyat lebih dahulu. Ayah mencari anak, anak mencari ibu, semua hanyut tersapu si banjir bandang. Tak pandang harta, tak pandang rupa… Bencana, mengapa kamu tega ?

Sementara petinggi negara sibuk dengan urusan politik dan kampanye masing-masing, yang lain sibuk bahu membahu memerangi bencana yang melanda. Yang lain lagi sibuk berdoa memohon ampun. Ada juga yang sibuk meneliti siapa salah, siapa benar padahal bencana tak sibuk mempersalahkan.
Nurani? Kemanakah dia pergi?

Hanya Tuhan Yang Kuasa yang berkenan memberi belas kasih untuk mendidik kita dengan berbagai pencobaan yang Dia ijinkan terjadi saat ini.
Skalipun masih banyak manusia berhati binatang di luar sana, tapi kasih Tuhan untuk bangsa ini tidak akan berkesudahan
Badai pasti kan berlalu. 🙂


Indonesia, May God always bless u ^^

LESSON OF LIFE #1

One day, I went home with my Dad with motorcycle from the traditional market with some heavy grocery that I held.
At that time, the rain has just come down and the way we pass through was perforated and slippery.
My Dad rode on the motorcycle carefully , but I was still afraid we could fall because of slipped.
He was felt my worried.

He stopped the motorcycle and said , “Boruku (in Batakness it means my dearest daughter), Jangan takut . Kamu kan udah tahu Bapak selalu berhati-hati dan penuh perhitungan setiap kali mengendarai motor ini”
Since i was in primary school, my Dad always take me to school by motorcycle.
And he never fault or get on an accident.
But because of his age , and the growth of my body that is greater than him, I was afraid we could fall.

After arriving at home, I was realize that it wasn’t because of his strength so my Dad could rode the motorcycle carefully , although the road was very slipped and my weight was very heavy, but because of love.
Loves reinforce my Dad so he could carrying on my mom to the church every Sunday, and love strengthen him to take care of his children with every problem.

And how about me?
Sometimes I feel too worried in facing this hard life like when I was behind my Dad when he rode the motorcycle.
But as the time passed, I realized that if I surrender and believe like when I was holding on my Dad, I will save and feel comfort. Life is like that road.
Maybe we think that God can’t help us because of our heavy sin, but in faith that God’s love is more than anything we can’t get slipped or fall.

Happy Sunday!